Senin, 11 November 2013

Menjadi Pahlawan

Pada hari ini, Ahad, tanggal 10 Nopember 2013, bangsa Indonesia memperingati hari Pahlawan. Dalam suasana bangsa yang sedang kehilangan nilai-nilai perjuangan seperti sekarang ini, memperingati hari pahlawan menjadi sangat penting. Bangsa ini diingatklan kembali, bahwa pendekatan transaksional dalam meraih cita-cita besar tidak akan berhasil. Cita-cita besar hanya akan berhasil dicapai melalui perjuangan disertai dengan pengorbanan. Para pejuang dulu tatkala merebut kemerdekaan dan juga mempertahakannya, selalu dilakukan secara total. Apa saja diberikan dan bahkan dikorbankan demi meraih cita-citanya. Mereka tidak berpikir akan mendapat apa, kecuali kemerdekaan itu saja. Siapapun yang akan menjadi pemimpin dan mengelola negeri ini tidak dipikirkan. Bagi mereka itu yang terpenting adalah penjajah pergi dan Indonesia merdeka. Untuk meraih tujuan itu, ialah merdeka, apa saja dikorbankan, bahkan nyawa sekalipun diberikan. Diyakini bahwa, dalam berjuang tidak boleh ada transaksi untuk memperoleh keuntungan. Mereka berjuang bukan sekedar hanya ingin ditunjuk menjadi pejabat, seperti wakil rakyat, bupati, wali kota, gubernur, atau apapun. Pikiran rendah seperti itu tidak ada. Maka itulah sebabnya, mereka diakui sebagai pahlawan beneran. Para pahlawan tatkala gugur meninggalkan jasa, dan pengorbanan luar biasa. Oleh karena itulah namanya diingat dan dikenang secara terus menerus, dihargai dengan berbagai cara, misalnya diabadikan sebagai nama jalan, nama gedung-gedung yang penting, bandara udara, dan lain-lain. Sejarah hidupnya selalu diingat dan dijadikan pelajaran bagi siapapun. Harta, kedudukan, dan apa saja tidak diperlukan oleh para pahlawan itu. Peluang menjadi pahlawan sebenarnya tidak pernah habis. Kapan saja dan di mana saja, bagi siapapun terbuka luas untuk menjadi pahlawan. Dalam pentas kehidupan ini selalu saja lahir atau muncul berbagai persoalan kemanusiaan yang memerlukan pikiran cerdas, hati tulus dan ikhlas, serta tenaga untuk menghadapinya. Siapapun yang bersedia untuk menyelesaikan persoalan itu dengan pendekatan sebagaimana dikemukakan di muka, maka mereka akan disebut sebagai pahlawan. Bangsa ini masih kaya problem, misalnya ketidak-adilan, kemiskinan, kebodohan, keterbatasan lapangan kerja, ketertinggalan, dan lain-lain. Problem-problem itu memerlukan pikiran cerdas, hati tulus dan ikhlas, serta tenaga untuk memecahkannya. Siapapun yang bersedia memecahkan problem-problem kehidupan itu dengan cara memberikan apa saja yang dimiliki, tanpa berharap mendapatkan imbalan, mereka itulah akan tercatat sebagai pahlawan. Islam sebenarnya mengajarkan umatnya agar menjadi pahlawan. Disebutkan bahwa sebaik-baik orang adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain. Disebutkan dengan jelas, bahwa orang terbaik adalah mereka yang bersedia memberi manfaat, dan bukan sekedar menjual atau meminjamkan apa yang dimiliki untuk orang lain. Kesanggupan memberikan sesuatu dengan tulus dan ikhlas untuk orang lain, maka itulah indikasi menjadi orang terbaik. Dan itulah yang diajarkan oleh Islam. Oleh karena itu, Islam sebenarnya mengajarkan dan mendorong agar umatnya menjadi pahlawan yang sebenarnya di segala bidang kehidupan. Mereka bisa menjadi pahlawan dalam mengentaskan kemiskinan, pahlawan pendidikan, pahlawan penggali ilmu pengetahuan, dan berbagai jenis lainnya. Menjadi orang terbaik dengan ukuran selalu berusaha memberi manfaat bagi orang lain tidak pernah dibasi oleh waktu, tempat, atau zaman. Kapan pun bisa dijalankan. Maka, peluang menjadi pahlawan yang sebenarnya selalu terbuka selamanya. Wallahu a’lam. oleh : Imam Suprayogo, UIN Malang