Tampilkan postingan dengan label PENDIDIKAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PENDIDIKAN. Tampilkan semua postingan
Jumat, 14 November 2014
CONTOH SOAL CPNS PANCASILA
1. Persetujuan secara formal terhadap perjanjian yang melahirkan kewajiban-kewajiban internasional dan negara peserta perjanjian diberi kesempatan mengadakan pengamatan untuk terikat atau tidak, merupakan salah satu tahapan perjanjian internasional yaitu …..
A. perundingan
B. penandatanganan
C. pengesahan
D. ratifikasi
E. pertimbangan
2. Perhatikan pilihan di bawah ini:
1. Perjanjian yang membentuk hukum (law making treaties)
2. Perjanjian yang bersifat khusus (treaty contract)
3. Perjanjian politik
4. Perjanjian ekonomi
5. Perjanjian bilateral
6. Perjanjian multilateral
Berdasarkan pilihan di atas, penggolongan perjanjian internasional menurut fungsinya yaitu …..
A. 1, 2
B. 2, 3
C. 3, 4
D. 4, 5
E. 5, 6
3. Sistem pemerintahan dimana menteri-menteri tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat atau parlemen tetapi kepada presiden disebut …..
A. Parlementer.
B. Presidensiil.
C. Republik.
D. Monarchi.
E. Demokrasi.
jawaban :
1. C. pengesahan
2. A. 1, 2
3. B. Presidensiil.
sumber : soalcpnsgratis
Kamis, 06 November 2014
Soal Prinsip-prinsip Dasar Administrasi Perkantoran kelas X
ULANGAN TENGAH SEMESTER GANJIL
SMK PAHLAWAN MOJOSARI
Nama : ……………
Kelas : X AP
BAB : Prinsip-prinsip Dasar Administrasi Perkantoran
1. Sebutkan pekerjaan kantor yang berhubungan langsung dengan pekerjaan tulis menulis, sebanyak 5 buah!
2. Apakah kegunaan dari perlengkapan kantor ?
3. Apakah yang dimaksud dengan Office Furniture?
4. Sebutkan Mesin-mesin kantor, sebanyak 5 buah?
5. Apakah yang anda ketahui tentang Office Ornament ?
6. Sebutkan contoh barang yang termasuk dalam Office Ornament, 3 buah !
7. Jelaskan istilah dari beberapa jenis mesin kantor di bawah ini :
a. Type writers
b. Letter opener
c. Calculating Machines
d. Numbering Machines
8. Bila anda menjadi seorang pimpinan suatu perusahaan, maka peraturan-peraturan apa sajakah yang akan dibuat, agar para bawahan merasa nyaman bekerja.
9. Bagaimanakah cara menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan sering terlambatnya para bawahan masuk ke kantor, agar timbul kesadaran disiplin tepat waktu ?
10. Jelaskan pengertian dari istilah Kantor ?
11. Apakah yang kalian ketahui tentang Office Work ?
12. Sebutkan pekerjaan kantor yang berhubungan langsung dengan pekerjaan tulis menulis, sebanyak 5 buah.
13. Sebutkan pekerjaan kantor yang tidak berhubungan dengan tulis menulis, sebanyak 3 buah.
14. Sebutkan 10 buah peralatan kantor.
15. Sebutkan 5 buah perlengkapan kantor.
16. Bagaimanakah fungsi kantor menurut Geoffrey Mills dan Oliver Standingford ?
17. Menurut The Liang Gie terdapat beberapa pola perbuatan dari Tata Usaha, antara lain :
a. Menghimpun
b. Mencatat
c. Menyimpan
Jelaskan dari 3 kegiatan Tata Usaha tersebut di atas ?
18. Bagaimanakah peranan Tata Usaha dalam kegiatan suatu Organiasasi/Perusahaan ?
19. Salah satu ciri dari kegiatan Tata Usaha adalah “Bersifat Pelanyanan”, jelaskan ?
20. Sebutkan macam-macam bentuk surat!
sumber: sekolahunggulan1.wordpress.com
SMK PAHLAWAN MOJOSARI
Nama : ……………
Kelas : X AP
BAB : Prinsip-prinsip Dasar Administrasi Perkantoran
1. Sebutkan pekerjaan kantor yang berhubungan langsung dengan pekerjaan tulis menulis, sebanyak 5 buah!
2. Apakah kegunaan dari perlengkapan kantor ?
3. Apakah yang dimaksud dengan Office Furniture?
4. Sebutkan Mesin-mesin kantor, sebanyak 5 buah?
5. Apakah yang anda ketahui tentang Office Ornament ?
6. Sebutkan contoh barang yang termasuk dalam Office Ornament, 3 buah !
7. Jelaskan istilah dari beberapa jenis mesin kantor di bawah ini :
a. Type writers
b. Letter opener
c. Calculating Machines
d. Numbering Machines
8. Bila anda menjadi seorang pimpinan suatu perusahaan, maka peraturan-peraturan apa sajakah yang akan dibuat, agar para bawahan merasa nyaman bekerja.
9. Bagaimanakah cara menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan sering terlambatnya para bawahan masuk ke kantor, agar timbul kesadaran disiplin tepat waktu ?
10. Jelaskan pengertian dari istilah Kantor ?
11. Apakah yang kalian ketahui tentang Office Work ?
12. Sebutkan pekerjaan kantor yang berhubungan langsung dengan pekerjaan tulis menulis, sebanyak 5 buah.
13. Sebutkan pekerjaan kantor yang tidak berhubungan dengan tulis menulis, sebanyak 3 buah.
14. Sebutkan 10 buah peralatan kantor.
15. Sebutkan 5 buah perlengkapan kantor.
16. Bagaimanakah fungsi kantor menurut Geoffrey Mills dan Oliver Standingford ?
17. Menurut The Liang Gie terdapat beberapa pola perbuatan dari Tata Usaha, antara lain :
a. Menghimpun
b. Mencatat
c. Menyimpan
Jelaskan dari 3 kegiatan Tata Usaha tersebut di atas ?
18. Bagaimanakah peranan Tata Usaha dalam kegiatan suatu Organiasasi/Perusahaan ?
19. Salah satu ciri dari kegiatan Tata Usaha adalah “Bersifat Pelanyanan”, jelaskan ?
20. Sebutkan macam-macam bentuk surat!
sumber: sekolahunggulan1.wordpress.com
Kamis, 02 Oktober 2014
Dasar-Dasar Komunikasi Kantor
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam berinteraksi dengan orang lain, tanpa komunikasi mustahil ada respon dari orang lain. Komunikasi membuat seseorang dapat mengembangkan keterampilan berbicara untuk dapat bersosialisasi dilingkungan tempat kerja, rumah, bahkan sampai di masyarakat.
Dengan komunikasi yang santun, budi bahasa yang baik, senyum yang ikhlas, ramah dan sopan, juga ringan dalam mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf, akan mewujudkan rasa saling menghormati dan kerja sama yang semakin erat, sehingga meningkatkan produktifitas kerja karyawan yang dibutuhkan oleh organisasi/perusahaan.
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communicare yang berarti memberitahukan. Beberapa pengertian komunikasi menurut beberapa ahli, antara lain sebagai berikut.
1. Menurut Mc. Farland, komunikasi adalah proses interaksi atau hubungan saling pengertian satu sama lain antara manusia.
2. Menurut Keith Davis dalam bukunya Human Relation at Work, komunikasi adalah proses jalur informasi dan pengertian dari seseorang dari seseorang ke orang lain.
3. Menurut Dr. Phil Astrid Susanto dalam bukunya komunikasi dalam Teori dan Praktek, komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti.
4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih, sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi dapat pula berarti hubungan atau kontak.
5. Dalam Ensiklopedia Administrasi, komunikasi adalah suatu proses penyampaian ide dari sumber berita ke suatu tempat tujuan.
6. Dalam Kamus Administrasi Perkantoran, komunikasi adalah penyampaian warta yang mengandung bermacam-macam keterangan dari seseorang kepada orang lain.
Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu proses kegiatan penyampaian warta/pesa/berita yang mengandung arti dari satu pihak ke pihak lain dalam usaha mendapatkan saling pengertian.
Dengan komunikasi yang santun, budi bahasa yang baik, senyum yang ikhlas, ramah dan sopan, juga ringan dalam mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf, akan mewujudkan rasa saling menghormati dan kerja sama yang semakin erat, sehingga meningkatkan produktifitas kerja karyawan yang dibutuhkan oleh organisasi/perusahaan.
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communicare yang berarti memberitahukan. Beberapa pengertian komunikasi menurut beberapa ahli, antara lain sebagai berikut.
1. Menurut Mc. Farland, komunikasi adalah proses interaksi atau hubungan saling pengertian satu sama lain antara manusia.
2. Menurut Keith Davis dalam bukunya Human Relation at Work, komunikasi adalah proses jalur informasi dan pengertian dari seseorang dari seseorang ke orang lain.
3. Menurut Dr. Phil Astrid Susanto dalam bukunya komunikasi dalam Teori dan Praktek, komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti.
4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih, sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi dapat pula berarti hubungan atau kontak.
5. Dalam Ensiklopedia Administrasi, komunikasi adalah suatu proses penyampaian ide dari sumber berita ke suatu tempat tujuan.
6. Dalam Kamus Administrasi Perkantoran, komunikasi adalah penyampaian warta yang mengandung bermacam-macam keterangan dari seseorang kepada orang lain.
Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu proses kegiatan penyampaian warta/pesa/berita yang mengandung arti dari satu pihak ke pihak lain dalam usaha mendapatkan saling pengertian.
Senin, 11 November 2013
Menjadi Pahlawan
Pada hari ini, Ahad, tanggal 10 Nopember 2013, bangsa Indonesia memperingati hari Pahlawan. Dalam suasana bangsa yang sedang kehilangan nilai-nilai perjuangan seperti sekarang ini, memperingati hari pahlawan menjadi sangat penting. Bangsa ini diingatklan kembali, bahwa pendekatan transaksional dalam meraih cita-cita besar tidak akan berhasil. Cita-cita besar hanya akan berhasil dicapai melalui perjuangan disertai dengan pengorbanan.
Para pejuang dulu tatkala merebut kemerdekaan dan juga mempertahakannya, selalu dilakukan secara total. Apa saja diberikan dan bahkan dikorbankan demi meraih cita-citanya. Mereka tidak berpikir akan mendapat apa, kecuali kemerdekaan itu saja. Siapapun yang akan menjadi pemimpin dan mengelola negeri ini tidak dipikirkan. Bagi mereka itu yang terpenting adalah penjajah pergi dan Indonesia merdeka.
Untuk meraih tujuan itu, ialah merdeka, apa saja dikorbankan, bahkan nyawa sekalipun diberikan. Diyakini bahwa, dalam berjuang tidak boleh ada transaksi untuk memperoleh keuntungan. Mereka berjuang bukan sekedar hanya ingin ditunjuk menjadi pejabat, seperti wakil rakyat, bupati, wali kota, gubernur, atau apapun. Pikiran rendah seperti itu tidak ada. Maka itulah sebabnya, mereka diakui sebagai pahlawan beneran.
Para pahlawan tatkala gugur meninggalkan jasa, dan pengorbanan luar biasa. Oleh karena itulah namanya diingat dan dikenang secara terus menerus, dihargai dengan berbagai cara, misalnya diabadikan sebagai nama jalan, nama gedung-gedung yang penting, bandara udara, dan lain-lain. Sejarah hidupnya selalu diingat dan dijadikan pelajaran bagi siapapun. Harta, kedudukan, dan apa saja tidak diperlukan oleh para pahlawan itu.
Peluang menjadi pahlawan sebenarnya tidak pernah habis. Kapan saja dan di mana saja, bagi siapapun terbuka luas untuk menjadi pahlawan. Dalam pentas kehidupan ini selalu saja lahir atau muncul berbagai persoalan kemanusiaan yang memerlukan pikiran cerdas, hati tulus dan ikhlas, serta tenaga untuk menghadapinya. Siapapun yang bersedia untuk menyelesaikan persoalan itu dengan pendekatan sebagaimana dikemukakan di muka, maka mereka akan disebut sebagai pahlawan.
Bangsa ini masih kaya problem, misalnya ketidak-adilan, kemiskinan, kebodohan, keterbatasan lapangan kerja, ketertinggalan, dan lain-lain. Problem-problem itu memerlukan pikiran cerdas, hati tulus dan ikhlas, serta tenaga untuk memecahkannya. Siapapun yang bersedia memecahkan problem-problem kehidupan itu dengan cara memberikan apa saja yang dimiliki, tanpa berharap mendapatkan imbalan, mereka itulah akan tercatat sebagai pahlawan.
Islam sebenarnya mengajarkan umatnya agar menjadi pahlawan. Disebutkan bahwa sebaik-baik orang adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain. Disebutkan dengan jelas, bahwa orang terbaik adalah mereka yang bersedia memberi manfaat, dan bukan sekedar menjual atau meminjamkan apa yang dimiliki untuk orang lain. Kesanggupan memberikan sesuatu dengan tulus dan ikhlas untuk orang lain, maka itulah indikasi menjadi orang terbaik. Dan itulah yang diajarkan oleh Islam.
Oleh karena itu, Islam sebenarnya mengajarkan dan mendorong agar umatnya menjadi pahlawan yang sebenarnya di segala bidang kehidupan. Mereka bisa menjadi pahlawan dalam mengentaskan kemiskinan, pahlawan pendidikan, pahlawan penggali ilmu pengetahuan, dan berbagai jenis lainnya. Menjadi orang terbaik dengan ukuran selalu berusaha memberi manfaat bagi orang lain tidak pernah dibasi oleh waktu, tempat, atau zaman. Kapan pun bisa dijalankan. Maka, peluang menjadi pahlawan yang sebenarnya selalu terbuka selamanya. Wallahu a’lam.
oleh : Imam Suprayogo, UIN Malang
Kamis, 24 Oktober 2013
Cara Mengatasi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar ditunjukkan dengan kegagalan-kegagalan mencapai prestasi akademik sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kesulitan ini dapat diketahui ketika siswa gagal menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan akademis.
Beberapa faktor penyebab kesulitan belajar:
1. Faktor Internal (dari diri sendiri)
Faktor ini timbul dari siswa sendiri yang seringkali tidak disadari oleh siswa yang bersangkutan atau meski disadari seringkali menganggap remeh dan tidak berusaha untuk menghiraukan atau memperbaiki, yang termasuk dalam sebab ini adalah: Siswa tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas Siswa kurang berminat terhadap bahan pelajaran Kesehatan siswa terganggu Kebiasaan belajar yang kurang menguntungkan bagi siswa Faktor-faktor bersumber dari keluarga (faktor ekonomi, disharmonisasi, kurang kontrol keluarga, tidak ada dukungan keluarga)
2. Faktor Internal Faktor disfungsi neurologis (syaraf) yang menyebabkan gangguan belajar, yakni: a. Faktor genetik (turunan orang tua) b. Luka otak karena trauma fisik Biokimia yang merusak otak (makanan dan obat-obatan) c. Pencemaran lingkungan Pengaruh lingkungan psikologi dan sosial
Cara Mengatasi Kesulitan Belajar yaitu :
1. Salah satu upaya untuk mengatasi kesulitan belajar adalah dengan meningkatkan motivasi belajar.
2. Memiliki tujuan belajar dan sasaran yang hendak dicapai.
3. Mengenali bakat dan minat.
4. Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
5. Catatlah keberhasilan belajar yang telah kamu capai sebagai alat pemacu keberhasilan selanjutnya.
6. Mintalah pertimbangan pada guru, teman, atau seseorang yang dirasa memiliki kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan belajar.
7. Melengkapi sarana belajar.
8. Memelihara kondisi kesehatan, hindari makanan yang beresiko merusak otak.
9. Mengatur waktu belajar di sekolah maupun di rumah.
10. Membuat rangkuman, skema dan catatan bagi pelajaran yang dianggap penting atau sulit.
11. Ciptakan hubungan harmonis dengan guru, teman, maupun keluarga agar tidak membebani pikiran dan perasaan.
12. Bergaullah dengan orang-orang yang mendukung keberhasilan belajar. Semoga berm
Sumber : ilmanzblog. blogspot. com
Beberapa faktor penyebab kesulitan belajar:
1. Faktor Internal (dari diri sendiri)
Faktor ini timbul dari siswa sendiri yang seringkali tidak disadari oleh siswa yang bersangkutan atau meski disadari seringkali menganggap remeh dan tidak berusaha untuk menghiraukan atau memperbaiki, yang termasuk dalam sebab ini adalah: Siswa tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas Siswa kurang berminat terhadap bahan pelajaran Kesehatan siswa terganggu Kebiasaan belajar yang kurang menguntungkan bagi siswa Faktor-faktor bersumber dari keluarga (faktor ekonomi, disharmonisasi, kurang kontrol keluarga, tidak ada dukungan keluarga)
2. Faktor Internal Faktor disfungsi neurologis (syaraf) yang menyebabkan gangguan belajar, yakni: a. Faktor genetik (turunan orang tua) b. Luka otak karena trauma fisik Biokimia yang merusak otak (makanan dan obat-obatan) c. Pencemaran lingkungan Pengaruh lingkungan psikologi dan sosial
Cara Mengatasi Kesulitan Belajar yaitu :
1. Salah satu upaya untuk mengatasi kesulitan belajar adalah dengan meningkatkan motivasi belajar.
2. Memiliki tujuan belajar dan sasaran yang hendak dicapai.
3. Mengenali bakat dan minat.
4. Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
5. Catatlah keberhasilan belajar yang telah kamu capai sebagai alat pemacu keberhasilan selanjutnya.
6. Mintalah pertimbangan pada guru, teman, atau seseorang yang dirasa memiliki kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan belajar.
7. Melengkapi sarana belajar.
8. Memelihara kondisi kesehatan, hindari makanan yang beresiko merusak otak.
9. Mengatur waktu belajar di sekolah maupun di rumah.
10. Membuat rangkuman, skema dan catatan bagi pelajaran yang dianggap penting atau sulit.
11. Ciptakan hubungan harmonis dengan guru, teman, maupun keluarga agar tidak membebani pikiran dan perasaan.
12. Bergaullah dengan orang-orang yang mendukung keberhasilan belajar. Semoga berm
Sumber : ilmanzblog. blogspot. com
Selasa, 30 Juli 2013
Kesibukan Malaikat pada Bulan Ramadhan
Surga selalu dihias dan diberi harum-haruman dari tahun ke tahun karena masuknya bulan Ramadhan. Pada malam pertama Ramadhan itu, muncullah angin dari bawah Arsy yang disebut al Mutsirah. Karena hembusan al Mutsirah ini, daun-daunan dari pepohonan di surga bergoyang dan daun-daun pintunya bergerak, sehingga menimbulkan suatu rangkaian suara yang begitu indahnya. Tidak ada seorang atau mahluk apapun yang pernah mendengar suara seindah suara itu, sehingga hal itu menarik perhatian para bidadari yang bermata jeli. Mereka berdiri di tempat tinggi dan berkata, “Apakah ada orang-orang yang melamar kepada Allah, kemudian Allah akan mengawinkannya dengan kami??”
Tidak ada jawaban dan penjelasan apapun, maka para bidadari itu bertanya kepada malaikat penjaga surga, “Wahai Malaikat Ridwan, malam apakah ini?”
Malaikat Ridwan berkata, “Wahai para bidadari yang cantik jelita, malam ini adalah malam pertama Bulan Ramadhan!!”
Para bidadari itu berdoa, “Ya Allah, berikanlah kepada kami suami-suami dari hamba-Mu pada bulan ini!!”
Maka tidak ada seorangpun yang berpuasa di Bulan Ramadhan (dan diterima puasanya) kecuali Allah akan mengawinkannya dengan para bidadari itu, kelak di dalam kemah-kemah di surga.
Kemudian terdengar seruan Firman Allah, “Wahai Ridwan, bukalah pintu-pintu surga untuk umat Muhammad yang berpuasa pada bulan ini. Wahai Malik (Malaikat penjaga neraka), tutuplah pintu-pintu neraka untuk mereka yang berpuasa bulan ini. Wahai Jibril, turunlah ke bumi, kemudian ikatlah setan-setan yang jahat dengan rantai-rantai dan singkirkan mereka ke dasar lautan yang dalam, sehingga mereka tidak bisa merusak (mengganggu) puasa dari umat kekasih-Ku, Muhammad!!”
Para malaikat itu dengan segera melaksanakan perintah Allah tersebut. Itulah sebabnya di dalam Bulan Ramadhan itu kebanyakan umat Islam sangat mudah untuk berbuat amal kebaikan. Suatu hal yang sangat sulit untuk diamalkan pada bulan-bulan lainnya. Gangguan setan (dari kalangan jin) dan hawa panas neraka untuk sementara ditiadakan, hawa sejuk surga yang penuh rahmat dan kasih sayang Allah melimpah ruah membangkitkan semangat untuk terus beribadah kepada-Nya. Musuh yang harus dihadapi tinggal gangguan setan dalam bentuk manusia dan hawa nafsu, yang mereka itu juga telah dilemahkan dengan adanya kewajiban puasa.
Pada riwayat lain disebutkan, pada malam pertama Bulan Ramadhan itu Allah berfirman, “Barang siapa yang mencintai-Ku maka Aku akan mencintainya, barang siapa yang mencari-Ku maka Aku akan mencarinya, dan barang siapa yang memohon ampunan kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya berkat kehormatan Bulan Ramadhan ini (dan puasa yang dijalankannya) !!”
Kemudian Allah memerintahkan malaikat Kiramal Katibin (malaikat-malaikat pencatat amalan manusia) untuk mencatat amal kebaikan dari tiga kelompok orang-orang tersebut dan menggandakannya, serta memerintahkan untuk membiarkan (tidak mencatat) amal keburukannya, bahkan Allah juga menghapus dosa-dosa mereka yang terdahulu.
Pada setiap malam dari Bulan Ramadhan itu, Allah akan berseru tiga kali, “Barang siapa yang memohon, maka Aku akan memenuhi permohonannya. Barang siapa yang kembali kepada-Ku (Taa-ibin, taubat) maka Aku akan menerimanya kembali (menerima taubatnya). Barang siapa yang memohon ampunan (maghfirah) atas dosa-dosanya, maka Aku akan mengampuninya…!!”
Pada malam yang ditetapkan Allah sebagai Lailatul Qadr, Allah memerintahkan Jibril dan rombongan besar malaikat untuk turun ke bumi. Jibril turun dengan membawa panji hijau yang kemudian diletakkan di punggung Ka’bah. Ia mempunyai 600 sayap, dua di antaranya tidak pernah dipergunakan kecuali pada Lailatul Qadr, yang bentangan dua sayapnya itu meliputi timur dan barat. Kemudian Jibril memerintahkan para malaikat yang mengikutinya untuk mendatangi umat Nabi Muhammad SAW. Mereka mengucapkan salam pada setiap orang yang sedang beribadah dengan duduk, berdiri dan berbaring, yang sedang shalat dan berdzikir, dan berbagai macam ibadah lainnya pada malam itu. Mereka menjabat tangan dan mengaminkan doa umat Nabi Muhammad SAW hingga terbit fajar.
Ketika fajar telah muncul di ufuk timur, Jibril berkata, “Wahai para malaikat, kembali, kembali!!”
Para malaikat itu tampaknya enggan untuk beranjak dari kaum muslimin yang sedang beribadah kepada Allah. Ada kekaguman dan keasyikan berada di tengah-tengah umat Nabi Muhammad SAW, yang di antara berbagai kelemahan dan keterbatasannya, berbagai dosa dan kelalaiannya, mereka tetap beribadah mendekatkan diri kepada Allah, tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah. Mendengar seruan Jibril untuk kembali, mereka berkata, “Wahai Jibril, apa yang diperbuat Allah untuk memenuhi permintaan (kebutuhan) orang-orang yang mukmin dari umat Nabi Muhammad ini?’
Jibril berkata, “Sesungguhnya Allah melihat kepada mereka dengan pandangan penuh kasih sayang, memaafkan dan mengampuni mereka, kecuali empat macam manusia…!”
Mereka berkata, “Siapakah empat macam orang itu?”
Jibril berkata, “Orang-orang yang suka minum minuman keras (khamr, alkohol, narkoba dan sejenisnya), orang-orang yang durhaka kepada orang tuanya, orang-orang yang suka memutuskan hubungan silaturahmi, dan kaum musyahin!!”
Para malaikat itu cukup puas dengan penjelasan Jibril dan mereka kembali naik ke langit, ke tempat dan cara ibadahnya masing-masing seperti semula.
Ketika Nabi SAW menceritakan hal ini kepada para sahabat, salah seorang dari mereka berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah kaum musyahin itu?”
Nabi SAW bersabda, “Orang yang suka memutuskan persaudaraan, yaitu orang yang tidak mau berbicara (karena perasaan marah, dendam dan sejenisnya) kepada saudaranya lebih dari tiga hari!!”
Malam berakhirnya bulan Ramadhan, yakni saat buka puasa terakhir dan memasuki malam Idul Fitri, Allah menamakannya dengan Malam Hadiah (Lailatul Jaa-izah). Ketika fajar menyingsing, Allah memerintahkan para malaikat untuk turun dan menyebar ke seluruh penjuru negeri-negeri yang di dalamnya ada orang-orang yang berpuasa. Mereka berdiri di jalan-jalan dan berseru, dengan seruan yang didengar oleh seluruh mahluk kecuali jin dan manusia, “Wahai umat Muhammad, keluarlah kamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, yang memberikan rahmat begitu banyak dan mengampuni dosa yang besar!!”
Ketika kaum muslimin keluar menuju tempat-tempat shalat Idul Fitri dilaksanakan, Allah berfirman kepada para malaikat, “Wahai para malaikat-Ku, apakah balasan bagi pekerja jika ia telah menyelesaikan pekerjaannya??”
Mereka berkata, “Ya Allah, balasannya adalah dibayarkan upah-upahnya!!”
Allah berfirman, Wahai para malaikat, Aku persaksikan kepada kalian semua, bahwa balasan bagi mereka yang berpuasa di Bulan Ramadhan, dan shalat-shalat malam mereka adalah keridhaan dan ampunan-Ku!!”
Sumber : percikkisahhikmah.blogspot.com
Jumat, 26 Oktober 2012
Bila Shalat ‘Ied Jatuh pada Hari Jum’at
Apabila hari raya Idul Fithri atau Idul Adha bertepatan dengan hari Jum’at, apakah shalat Jum’at menjadi gugur karena telah melaksanakan shalat ‘ied? Untuk masalah ini para ulama memiliki dua pendapat.
Pendapat Pertama: Orang yang melaksanakan shalat ‘ied tetap wajib melaksanakan shalat Jum’at.
Inilah pendapat kebanyakan pakar fikih. Akan tetapi ulama Syafi’iyah menggugurkan kewajiban ini bagi orang yang nomaden (al bawadiy). Dalil dari pendapat ini adalah:
Pertama: Keumuman firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.” (QS. Al Jumu’ah: 9)
Kedua: Dalil yang menunjukkan wajibnya shalat Jum’at. Di antara sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ تَرَكَ ثَلاَثَ جُمَعٍ تَهَاوُنًا بِهَا طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قَلْبِهِ
“Barangsiapa meninggalkan tiga shalat Jum’at, maka Allah akan mengunci pintu hatinya.”[2] Ancaman keras seperti ini menunjukkan bahwa shalat Jum’at itu wajib.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
الْجُمُعَةُ حَقٌّ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فِى جَمَاعَةٍ إِلاَّ أَرْبَعَةً عَبْدٌ مَمْلُوكٌ أَوِ امْرَأَةٌ أَوْ صَبِىٌّ أَوْ مَرِيضٌ
“Shalat Jum’at merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim dengan berjama’ah kecuali empat golongan: [1] budak, [2] wanita, [3] anak kecil, dan [4] orang yang sakit.”[3]
Ketiga: Karena shalat Jum’at dan shalat ‘ied adalah dua shalat yang sama-sama wajib (sebagian ulama berpendapat bahwa shalat ‘ied itu wajib), maka shalat Jum’at dan shalat ‘ied tidak bisa menggugurkan satu dan lainnya sebagaimana shalat Zhuhur dan shalat ‘Ied.
Keempat: Keringanan meninggalkan shalat Jum’at bagi yang telah melaksanakan shalat ‘ied adalah khusus untuk ahlul bawadiy (orang yang nomaden seperti suku Badui). Dalilnya adalah,
قَالَ أَبُو عُبَيْدٍ ثُمَّ شَهِدْتُ مَعَ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ فَكَانَ ذَلِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، فَصَلَّى قَبْلَ الْخُطْبَةِ ثُمَّ خَطَبَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ هَذَا يَوْمٌ قَدِ اجْتَمَعَ لَكُمْ فِيهِ عِيدَانِ ، فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْتَظِرَ الْجُمُعَةَ مِنْ أَهْلِ الْعَوَالِى فَلْيَنْتَظِرْ ، وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَرْجِعَ فَقَدْ أَذِنْتُ لَهُ
“Abu ‘Ubaid berkata bahwa beliau pernah bersama ‘Utsman bin ‘Affan dan hari tersebut adalah hari Jum’at. Kemudian beliau shalat ‘ied sebelum khutbah. Lalu beliau berkhutbah dan berkata, “Wahai sekalian manusia. Sesungguhnya ini adalah hari di mana terkumpul dua hari raya (dua hari ‘ied). Siapa saja dari yang nomaden (tidak menetap) ingin menunggu shalat Jum’at, maka silakan. Namun siapa saja yang ingin pulang, maka silakan dan telah kuizinkan.”[4]
Pendapat Kedua: Bagi orang yang telah menghadiri shalat ‘Ied boleh tidak menghadiri shalat Jum’at. Namun imam masjid dianjurkan untuk tetap melaksanakan shalat Jum’at agar orang-orang yang punya keinginan menunaikan shalat Jum’at bisa hadir, begitu pula orang yang tidak shalat ‘ied bisa turut hadir.
Pendapat ini dipilih oleh mayoritas ulama Hambali. Dan pendapat ini terdapat riwayat dari ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas dan Ibnu Az Zubair. Dalil dari pendapat ini adalah:
Pertama: Diriwayatkan dari Iyas bin Abi Romlah Asy Syamiy, ia berkata, “Aku pernah menemani Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan ia bertanya pada Zaid bin Arqom,
أَشَهِدْتَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عِيدَيْنِ اجْتَمَعَا فِى يَوْمٍ قَالَ نَعَمْ. قَالَ فَكَيْفَ صَنَعَ قَالَ صَلَّى الْعِيدَ ثُمَّ رَخَّصَ فِى الْجُمُعَةِ فَقَالَ « مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّىَ فَلْيُصَلِّ ».
“Apakah engkau pernah menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu dengan dua ‘ied (hari Idul Fithri atau Idul Adha bertemu dengan hari Jum’at) dalam satu hari?” “Iya”, jawab Zaid. Kemudian Mu’awiyah bertanya lagi, “Apa yang beliau lakukan ketika itu?” “Beliau melaksanakan shalat ‘ied dan memberi keringanan untuk meninggalkan shalat Jum’at”, jawab Zaid lagi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mau shalat Jum’at, maka silakan.”[5]
Asy Syaukani dalam As Sailul Jaror (1/304) mengatakan bahwa hadits ini memiliki syahid (riwayat penguat). An Nawawi dalam Al Majmu’ (4/492) mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid (antara shahih dan hasan, pen). ‘Abdul Haq Asy Syubaili dalam Al Ahkam Ash Shugro (321) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. ‘Ali Al Madini dalam Al Istidzkar (2/373) mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid (antara shahih dan hasan, pen). Syaikh Al Albani dalam Al Ajwibah An Nafi’ah (49) mengatakan bahwa hadits ini shahih.[6] Intinya, hadits ini bisa digunakan sebagai hujjah atau dalil.
Kedua: Dari ‘Atho’, ia berkata, “Ibnu Az Zubair ketika hari ‘ied yang jatuh pada hari Jum’at pernah shalat ‘ied bersama kami di awal siang. Kemudian ketika tiba waktu shalat Jum’at Ibnu Az Zubair tidak keluar, beliau hanya shalat sendirian. Tatkala itu Ibnu ‘Abbas berada di Thoif. Ketika Ibnu ‘Abbas tiba, kami pun menceritakan kelakuan Ibnu Az Zubair pada Ibnu ‘Abbas. Ibnu ‘Abbas pun mengatakan, “Ia adalah orang yang menjalankan sunnah (ajaran Nabi) [ashobas sunnah].”[7] Jika sahabat mengatakan ashobas sunnah(menjalankan sunnah), itu berarti statusnya marfu’ yaitu menjadi perkataan Nabi.
Diceritakan pula bahwa ‘Umar bin Al Khottob melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Ibnu Az Zubair. Begitu pula Ibnu ‘Umar tidak menyalahkan perbuatan Ibnu Az Zubair. Begitu pula ‘Ali bin Abi Tholib pernah mengatakan bahwa siapa yang telah menunaikan shalat ‘ied maka ia boleh tidak menunaikan shalat Jum’at. Dan tidak diketahui ada pendapat sahabat lain yang menyelisihi pendapat mereka-mereka ini.[8]
Kesimpulan:
Boleh bagi orang yang telah mengerjakan shalat ‘ied untuk tidak menghadiri shalat Jum’at sebagaimana berbagai riwayat pendukung dari para sahabat dan tidak diketahui ada sahabat lain yang menyelisihi pendapat ini.
Pendapat kedua yang menyatakan boleh bagi orang yang telah mengerjakan shalat ‘ied tidak menghadiri shalat Jum’at, ini bisa dihukumi marfu’ (perkataan Nabi) karena dikatakan “ashobas sunnah (ia telah mengikuti ajaran Nabi)”. Perkataan semacam ini dihukumi marfu’ (sama dengan perkataan Nabi), sehingga pendapat kedua dinilai lebih tepat.
Mengatakan bahwa riwayat yang menjelaskan pemberian keringanan tidak shalat jum’at adalah khusus untuk orang yang nomaden seperti orang badui (yang tidak dihukumi wajib shalat Jum’at), maka ini adalah terlalu memaksa-maksakan dalil. Lantas apa faedahnya ‘Utsman mengatakan, “Namun siapa saja yang ingin pulang, maka silakan dan telah kuizinkan”? Begitu pula Ibnu Az Zubair bukanlah orang yang nomaden, namun ia mengambil keringanan tidak shalat Jum’at, termasuk pula ‘Umar bin Khottob yang melakukan hal yang sama.
Dianjurkan bagi imam masjid agar tetap mendirikan shalat Jum’at supaya orang yang ingin menghadiri shalat Jum’at atau yang tidak shalat ‘ied bisa menghadirinya. Dalil dari hal ini adalah anjuran untuk membaca surat Al A’laa dan Al Ghosiyah jika hari ‘ied bertemu dengan hari Jum’at pada shalat ‘ied dan shalat Jum’at. Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْرَأُ فِى الْعِيدَيْنِ وَفِى الْجُمُعَةِ بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ) قَالَ وَإِذَا اجْتَمَعَ الْعِيدُ وَالْجُمُعَةُ فِى يَوْمٍ وَاحِدٍ يَقْرَأُ بِهِمَا أَيْضًا فِى الصَّلاَتَيْنِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam dua ‘ied yaitu shalat Jum’at “sabbihisma robbikal a’la” dan “hal ataka haditsul ghosiyah”.” An Nu’man bin Basyir mengatakan begitu pula ketika hari ‘ied bertepatan dengan hari Jum’at, beliau membaca kedua surat tersebut di masing-masing shalat.[9]
Hadits ini juga menunjukkan dianjurkannya membaca surat Al A’laa dan Al Ghosiyah ketika hari ‘ied bertetapan dengan hari Jum’at dan dibaca di masing-masing shalat (shalat ‘ied dan shalat Jum’at).
Siapa saja yang tidak menghadiri shalat Jum’at dan telah menghadiri shalat ‘ied, maka wajib baginya untuk mengerjakan shalat Zhuhur sebagaimana dijelaskan pada hadits yang sifatnya umum. Hadits tersebut menjelaskan bahwa bagi yang tidak menghadiri shalat Jum’at, maka sebagai gantinya, ia menunaikan shalat Zhuhur (4 raka’at).[10]
Semoga apa yang kami sajikan ini bermanfaat bagi kaum muslimin. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Refrensi : [1] Pembahasan kali ini kami olah dari Shahih Fiqih Sunnah, Syaikh Abu Malik, 1/594-596, Al Maktabah At Taufiqiyah.
[2] HR. Abu Daud no. 1052, dari Abul Ja’di Adh Dhomri. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.
[3] HR. Abu Daud no. 1067, dari Thariq bin Syihab. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[4] HR. Bukhari no. 5572.
[5] HR. Abu Daud no. 1070, Ibnu Majah no. 1310.
[6] Dinukil dari http://dorar.net
[7] HR. Abu Daud no. 1071. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[8] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik, 1/596, Al Maktabah At Taufiqiyah.
[9] HR. Muslim no. 878.
[10] Lihat Fatwa Al Lajnah Ad Da-imah lil Buhuts ‘Ilmiyah wal Ifta’, 8/182-183, pertanyaan kelima dari Fatwa no. 2358, Mawqi’ Al Ifta
sumber : www.muslim.or.id
Pendapat Pertama: Orang yang melaksanakan shalat ‘ied tetap wajib melaksanakan shalat Jum’at.
Inilah pendapat kebanyakan pakar fikih. Akan tetapi ulama Syafi’iyah menggugurkan kewajiban ini bagi orang yang nomaden (al bawadiy). Dalil dari pendapat ini adalah:
Pertama: Keumuman firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.” (QS. Al Jumu’ah: 9)
Kedua: Dalil yang menunjukkan wajibnya shalat Jum’at. Di antara sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ تَرَكَ ثَلاَثَ جُمَعٍ تَهَاوُنًا بِهَا طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قَلْبِهِ
“Barangsiapa meninggalkan tiga shalat Jum’at, maka Allah akan mengunci pintu hatinya.”[2] Ancaman keras seperti ini menunjukkan bahwa shalat Jum’at itu wajib.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
الْجُمُعَةُ حَقٌّ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فِى جَمَاعَةٍ إِلاَّ أَرْبَعَةً عَبْدٌ مَمْلُوكٌ أَوِ امْرَأَةٌ أَوْ صَبِىٌّ أَوْ مَرِيضٌ
“Shalat Jum’at merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim dengan berjama’ah kecuali empat golongan: [1] budak, [2] wanita, [3] anak kecil, dan [4] orang yang sakit.”[3]
Ketiga: Karena shalat Jum’at dan shalat ‘ied adalah dua shalat yang sama-sama wajib (sebagian ulama berpendapat bahwa shalat ‘ied itu wajib), maka shalat Jum’at dan shalat ‘ied tidak bisa menggugurkan satu dan lainnya sebagaimana shalat Zhuhur dan shalat ‘Ied.
Keempat: Keringanan meninggalkan shalat Jum’at bagi yang telah melaksanakan shalat ‘ied adalah khusus untuk ahlul bawadiy (orang yang nomaden seperti suku Badui). Dalilnya adalah,
قَالَ أَبُو عُبَيْدٍ ثُمَّ شَهِدْتُ مَعَ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ فَكَانَ ذَلِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، فَصَلَّى قَبْلَ الْخُطْبَةِ ثُمَّ خَطَبَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ هَذَا يَوْمٌ قَدِ اجْتَمَعَ لَكُمْ فِيهِ عِيدَانِ ، فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْتَظِرَ الْجُمُعَةَ مِنْ أَهْلِ الْعَوَالِى فَلْيَنْتَظِرْ ، وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَرْجِعَ فَقَدْ أَذِنْتُ لَهُ
“Abu ‘Ubaid berkata bahwa beliau pernah bersama ‘Utsman bin ‘Affan dan hari tersebut adalah hari Jum’at. Kemudian beliau shalat ‘ied sebelum khutbah. Lalu beliau berkhutbah dan berkata, “Wahai sekalian manusia. Sesungguhnya ini adalah hari di mana terkumpul dua hari raya (dua hari ‘ied). Siapa saja dari yang nomaden (tidak menetap) ingin menunggu shalat Jum’at, maka silakan. Namun siapa saja yang ingin pulang, maka silakan dan telah kuizinkan.”[4]
Pendapat Kedua: Bagi orang yang telah menghadiri shalat ‘Ied boleh tidak menghadiri shalat Jum’at. Namun imam masjid dianjurkan untuk tetap melaksanakan shalat Jum’at agar orang-orang yang punya keinginan menunaikan shalat Jum’at bisa hadir, begitu pula orang yang tidak shalat ‘ied bisa turut hadir.
Pendapat ini dipilih oleh mayoritas ulama Hambali. Dan pendapat ini terdapat riwayat dari ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas dan Ibnu Az Zubair. Dalil dari pendapat ini adalah:
Pertama: Diriwayatkan dari Iyas bin Abi Romlah Asy Syamiy, ia berkata, “Aku pernah menemani Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan ia bertanya pada Zaid bin Arqom,
أَشَهِدْتَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عِيدَيْنِ اجْتَمَعَا فِى يَوْمٍ قَالَ نَعَمْ. قَالَ فَكَيْفَ صَنَعَ قَالَ صَلَّى الْعِيدَ ثُمَّ رَخَّصَ فِى الْجُمُعَةِ فَقَالَ « مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّىَ فَلْيُصَلِّ ».
“Apakah engkau pernah menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu dengan dua ‘ied (hari Idul Fithri atau Idul Adha bertemu dengan hari Jum’at) dalam satu hari?” “Iya”, jawab Zaid. Kemudian Mu’awiyah bertanya lagi, “Apa yang beliau lakukan ketika itu?” “Beliau melaksanakan shalat ‘ied dan memberi keringanan untuk meninggalkan shalat Jum’at”, jawab Zaid lagi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mau shalat Jum’at, maka silakan.”[5]
Asy Syaukani dalam As Sailul Jaror (1/304) mengatakan bahwa hadits ini memiliki syahid (riwayat penguat). An Nawawi dalam Al Majmu’ (4/492) mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid (antara shahih dan hasan, pen). ‘Abdul Haq Asy Syubaili dalam Al Ahkam Ash Shugro (321) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. ‘Ali Al Madini dalam Al Istidzkar (2/373) mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid (antara shahih dan hasan, pen). Syaikh Al Albani dalam Al Ajwibah An Nafi’ah (49) mengatakan bahwa hadits ini shahih.[6] Intinya, hadits ini bisa digunakan sebagai hujjah atau dalil.
Kedua: Dari ‘Atho’, ia berkata, “Ibnu Az Zubair ketika hari ‘ied yang jatuh pada hari Jum’at pernah shalat ‘ied bersama kami di awal siang. Kemudian ketika tiba waktu shalat Jum’at Ibnu Az Zubair tidak keluar, beliau hanya shalat sendirian. Tatkala itu Ibnu ‘Abbas berada di Thoif. Ketika Ibnu ‘Abbas tiba, kami pun menceritakan kelakuan Ibnu Az Zubair pada Ibnu ‘Abbas. Ibnu ‘Abbas pun mengatakan, “Ia adalah orang yang menjalankan sunnah (ajaran Nabi) [ashobas sunnah].”[7] Jika sahabat mengatakan ashobas sunnah(menjalankan sunnah), itu berarti statusnya marfu’ yaitu menjadi perkataan Nabi.
Diceritakan pula bahwa ‘Umar bin Al Khottob melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Ibnu Az Zubair. Begitu pula Ibnu ‘Umar tidak menyalahkan perbuatan Ibnu Az Zubair. Begitu pula ‘Ali bin Abi Tholib pernah mengatakan bahwa siapa yang telah menunaikan shalat ‘ied maka ia boleh tidak menunaikan shalat Jum’at. Dan tidak diketahui ada pendapat sahabat lain yang menyelisihi pendapat mereka-mereka ini.[8]
Kesimpulan:
Boleh bagi orang yang telah mengerjakan shalat ‘ied untuk tidak menghadiri shalat Jum’at sebagaimana berbagai riwayat pendukung dari para sahabat dan tidak diketahui ada sahabat lain yang menyelisihi pendapat ini.
Pendapat kedua yang menyatakan boleh bagi orang yang telah mengerjakan shalat ‘ied tidak menghadiri shalat Jum’at, ini bisa dihukumi marfu’ (perkataan Nabi) karena dikatakan “ashobas sunnah (ia telah mengikuti ajaran Nabi)”. Perkataan semacam ini dihukumi marfu’ (sama dengan perkataan Nabi), sehingga pendapat kedua dinilai lebih tepat.
Mengatakan bahwa riwayat yang menjelaskan pemberian keringanan tidak shalat jum’at adalah khusus untuk orang yang nomaden seperti orang badui (yang tidak dihukumi wajib shalat Jum’at), maka ini adalah terlalu memaksa-maksakan dalil. Lantas apa faedahnya ‘Utsman mengatakan, “Namun siapa saja yang ingin pulang, maka silakan dan telah kuizinkan”? Begitu pula Ibnu Az Zubair bukanlah orang yang nomaden, namun ia mengambil keringanan tidak shalat Jum’at, termasuk pula ‘Umar bin Khottob yang melakukan hal yang sama.
Dianjurkan bagi imam masjid agar tetap mendirikan shalat Jum’at supaya orang yang ingin menghadiri shalat Jum’at atau yang tidak shalat ‘ied bisa menghadirinya. Dalil dari hal ini adalah anjuran untuk membaca surat Al A’laa dan Al Ghosiyah jika hari ‘ied bertemu dengan hari Jum’at pada shalat ‘ied dan shalat Jum’at. Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْرَأُ فِى الْعِيدَيْنِ وَفِى الْجُمُعَةِ بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ) قَالَ وَإِذَا اجْتَمَعَ الْعِيدُ وَالْجُمُعَةُ فِى يَوْمٍ وَاحِدٍ يَقْرَأُ بِهِمَا أَيْضًا فِى الصَّلاَتَيْنِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam dua ‘ied yaitu shalat Jum’at “sabbihisma robbikal a’la” dan “hal ataka haditsul ghosiyah”.” An Nu’man bin Basyir mengatakan begitu pula ketika hari ‘ied bertepatan dengan hari Jum’at, beliau membaca kedua surat tersebut di masing-masing shalat.[9]
Hadits ini juga menunjukkan dianjurkannya membaca surat Al A’laa dan Al Ghosiyah ketika hari ‘ied bertetapan dengan hari Jum’at dan dibaca di masing-masing shalat (shalat ‘ied dan shalat Jum’at).
Siapa saja yang tidak menghadiri shalat Jum’at dan telah menghadiri shalat ‘ied, maka wajib baginya untuk mengerjakan shalat Zhuhur sebagaimana dijelaskan pada hadits yang sifatnya umum. Hadits tersebut menjelaskan bahwa bagi yang tidak menghadiri shalat Jum’at, maka sebagai gantinya, ia menunaikan shalat Zhuhur (4 raka’at).[10]
Semoga apa yang kami sajikan ini bermanfaat bagi kaum muslimin. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Refrensi : [1] Pembahasan kali ini kami olah dari Shahih Fiqih Sunnah, Syaikh Abu Malik, 1/594-596, Al Maktabah At Taufiqiyah.
[2] HR. Abu Daud no. 1052, dari Abul Ja’di Adh Dhomri. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.
[3] HR. Abu Daud no. 1067, dari Thariq bin Syihab. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[4] HR. Bukhari no. 5572.
[5] HR. Abu Daud no. 1070, Ibnu Majah no. 1310.
[6] Dinukil dari http://dorar.net
[7] HR. Abu Daud no. 1071. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[8] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik, 1/596, Al Maktabah At Taufiqiyah.
[9] HR. Muslim no. 878.
[10] Lihat Fatwa Al Lajnah Ad Da-imah lil Buhuts ‘Ilmiyah wal Ifta’, 8/182-183, pertanyaan kelima dari Fatwa no. 2358, Mawqi’ Al Ifta
sumber : www.muslim.or.id
Rabu, 03 Oktober 2012
Nama-nama Surga dan Calon Penghuninya
Dalam islam, jika kita berbuat baik maka akan masuk surga meskipun sebelumnya akan di masukkan di neraka untuk menghilangkan semua dosa-dosa yang telah kita perbuat di dunia. Ada 8 macam surga, yaitu :
1. Surga Firdaus,diciptakan oleh allah SWT,dari emas,penghuninya:
a. orang yg memelihara sholat dan senantiasa khusyuk,
b. orang yg meninggalkan pekerjaan yg sia-sia
c. orang yg membayar zakat
d. orang yg menjaga kemaluannya,kecuali terhadap istrinya,
e. orang yg memlihara amanta dan menepati janji
2. Surga Adn,Diciptakan dari intan putih,penghuninya :
a. orang mengerjakan kebaikan karena Allah ta'ala
b. orang yg benar-benar,beriman dan beramal sholeh
c. orang yg banyak berbuat baik
d. orang yg sabar dan senantiasa menginfakkan hartanya,
3. Surga Na'im,diciptakan dari perak putih, penghuninya :
a. orang yg beriman dan beramal sholeh
b. orang yg bertaqwa
4. Surga Ma'wa,diciptakan dari Zamrut hijau, Penghuninya :
a. orang yg bertaqwa Kepada allah Swt,
b. orang yg benar-benar beriman dan beramal sholeh
c. orang yg takut dengan kebesaran Allah Swt,dan menjaga hawa Nafsu buruk,
5. Surga Darussalam,diciptakan dari yakut Merah,calonnya:
a. orang yg kuat iman dan islam
b. orang yg mengamalkan ayat-ayat al quran,dalam kehidupn sehari-hari
6. Surga Darul Muqomah,diciptakan dari permata Putih,calonnya :
a. orang yg kebaikannya lebih banyak dari pada Kejahatannya
7. Surga Al Maqoomul Amiin,diciptakan dari emas,calonnya
a. orang yg benar-benar bertaqwa kepada Allah Swt,
8. Surga khuldi.diciptakan dari marjan merah dan kuning,calonnya :
a. orang yg menaati perintahNya,dan menjauhi larangannya
sumber : http://fitrimanikbahraini.blogspot.com
1. Surga Firdaus,diciptakan oleh allah SWT,dari emas,penghuninya:
a. orang yg memelihara sholat dan senantiasa khusyuk,
b. orang yg meninggalkan pekerjaan yg sia-sia
c. orang yg membayar zakat
d. orang yg menjaga kemaluannya,kecuali terhadap istrinya,
e. orang yg memlihara amanta dan menepati janji
2. Surga Adn,Diciptakan dari intan putih,penghuninya :
a. orang mengerjakan kebaikan karena Allah ta'ala
b. orang yg benar-benar,beriman dan beramal sholeh
c. orang yg banyak berbuat baik
d. orang yg sabar dan senantiasa menginfakkan hartanya,
3. Surga Na'im,diciptakan dari perak putih, penghuninya :
a. orang yg beriman dan beramal sholeh
b. orang yg bertaqwa
4. Surga Ma'wa,diciptakan dari Zamrut hijau, Penghuninya :
a. orang yg bertaqwa Kepada allah Swt,
b. orang yg benar-benar beriman dan beramal sholeh
c. orang yg takut dengan kebesaran Allah Swt,dan menjaga hawa Nafsu buruk,
5. Surga Darussalam,diciptakan dari yakut Merah,calonnya:
a. orang yg kuat iman dan islam
b. orang yg mengamalkan ayat-ayat al quran,dalam kehidupn sehari-hari
6. Surga Darul Muqomah,diciptakan dari permata Putih,calonnya :
a. orang yg kebaikannya lebih banyak dari pada Kejahatannya
7. Surga Al Maqoomul Amiin,diciptakan dari emas,calonnya
a. orang yg benar-benar bertaqwa kepada Allah Swt,
8. Surga khuldi.diciptakan dari marjan merah dan kuning,calonnya :
a. orang yg menaati perintahNya,dan menjauhi larangannya
sumber : http://fitrimanikbahraini.blogspot.com
Senin, 01 Oktober 2012
Dua Waktu Istimewa yang Banyak Dilalaikan di Bulan Puasa
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah untuk baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para shahabahnya.
Ada dua waktu istimewa di bulan puasa yang kurang diperhatikan. Kebanyakan orang mengisinya dengan sesuatu yang tak berguna, bahkan cenderung sia-sia. Mereka tidak mendekatkan diri kepada Allah di dua waktu tersebut. Padahal dua waktu tersebut merupakan saat mustajab untuk dikabulkannya doa.
Pertama, menjelang berbuka puasa.
Banyak iklan-iklan dan ajakan untuk menghabiskan waktu menunggu berbuka dengan kegiatan kumpul-kumpul yang sering disitilahkan dengan "ngabuburit". Biasanya, isinya obrolan ngalor-ngidul dan jalan-jalan. Tidak sedikit diisi dengan pertunjukan musik dan hiburan lainnya. Padahal waktu tersebut adalah waktu yang sangat berharga. Tidak selayaknya seorang shaim (orang berpuasa) menyia-nyiakannya.
Disebutkan dalam hadits shahih, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
ثلاثة لا ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر والإمام العادل ودعوة المظلوم
"Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya: orang puasa sampai ia berbuka, imam yang adil, dan doa orang yang dizalimi." (HR. Al-Tirmidzi)
Tiga orang yang disebutkan dalam hadits tersebut diistimewakan dengan pengabulan doa. Yakni doa mereka segera dikabulkan. Hal itu karena ketundukan mereka dalam berdoa kepada-Nya. Terkhusus orang berpuasa saat berbuka, karena ia usai mengerjakan ibadah dan saat itu ia dalam keadaan khudhu' dan tenang.
Karenanya para ulama salaf sangat-sangat mengagungkan waktu penghujung hari (sore hari) karena ia menjadi penutup hari puasa. Sesungguhnya orang cerdas, tentunya akan memanfaatkan waktu yang berharga ini untuk berdoa.
Kedua, waktu sahur. Yakni waktu menjelang fajar. Allah Ta'ala berfirman :
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
"Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)." (QS. Al-Dzariyat: 18)
Imam Mujahid dan lainnya mengatakan, "(di akhir-akhir malam) mereka mengerjakan shalat." Ulama lainnya mengatakan, "Mereka shalat malam dan menutupnya dengan istighfar sampai menjelang fajar." Ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala: "Dan yang memohon ampun di waktu sahur." (QS. Ali Imran: 17)
Kemudian Ibnu katsir berkata, "Jika istighfar di dalam shalat maka itu lebih baik." Beliau berhujjah dengan hadits shahih, "Sesungguhnya Allah turun setiap malam ke langit dunia saat seperti tiga malam terakhir, lalu Dia berfirman: Adakah orang yang mau bertaubat sehingga Aku ampuni dia/ Adakah orang yang beristighfar sehingga aku ampuni dia? Adakah orang yang meminta (kepada-Ku) sehingga aku beri permintaannya? Sehingga terbit fajar."
Jadi waktu makan sahur yang menjelang fajar merupakan waktu mustajab untuk dikabulkannya doa. Maka selayaknya orang yang sedang makan sahur untuk memperbanyak doa dan istighfar di waktu yang berharga ini, sampai dikumandangkan azan shubuh. Terlebih kita berada di bulan Ramadhan, hendaknya kita manfaatkan waktu-waktu di dalamnya –khususnya waktu sahur ini- untuk memperkuat hubungan kita dengan Allah 'Azza wa Jalla. Jangan dirusak keistimewaan waktu tersebut dengan menonton acara-acara yang tak berguna dan cenderung melalaikan.
Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita untuk bisa memanfaatkan kesempatan-kesempatan istimewa di bulan suci ini untuk meraih keberkahan dan pahala besar. Sesungguhnya orang yang baik adalah yang senantiasa mendapatkan taufiq dari Allah dalam setiap saatnya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Wallahu Ta'ala A'lam.
Oleh : Ustadz Badrul Tamam
sumber :http://massaleh.blogspot.com
Kamis, 24 Mei 2012
Mengapa Belajar Matematika?
Anak saya yang baru berumur 1,5 tahun senang sekali bermain dengan mainan dinosaurusnya. Setiap kali bermain, dinosaurus-dinosaurus kecil itu dia bariskan sambung menyambung seperti gerbong kereta api. Sambil membereskan barisannya, dia hitung satu per satu dinosaurus itu. 2,4,5,6,7,8,9,10. Sambil menghampirinya, saya tanya dia: ”Ada berapa dinosaurusnya?”. Dia menjawab: “4”. Mungkin empat adalah bilangan kesukaannya, sebab setiap kali ditanya jika pertanyaanya berapa, pasti jawabannya empat . Jika minta sesuatu pun, pasti maunya diberi empat .
Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa kenyataannya matematika itu dekat sekali dengan kita. Hampir bisa dipastikan, bahwa matematika ada di hampir setiap kegiatan kita, baik disadari atau pun tidak.
Pada Faktanya, matematika kita pakai dalam kegiatan sehari-hari seperti dalam kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Demikian pentingnya, matematika juga dijuluki sebagai Queen of Sciences, ratunya para ilmu, sekaligus juga pelayannya. Dalam ilmu-ilmu sains khususnya, betapa matematika itu memiliki peranan yang cukup penting.
Dengan belajar matematika, kita dilatih untuk senantiasa berpikir logis dan kritis dalam memecahkan permasalahan. Selain itu, kejujuran, ketekunan dan keuletan kita juga akan terlatih dengan matematika.
Menyadari betapa perlu dan dekatnya matematika dengan kehidupan kita sehari-hari, sudah barang tentu mempelajarinya pun adalah penting. Pentingnya matematika, setidaknya dapat kita lihat dalam kurikulum matematika di sekolah mendapat porsi jam lebih banyak di bandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Mulai jenjang Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, pelajaran matematika itu ada dan dipelajari, baik secara global maupun spesifik. Bahkan pada jenjang prasekolah pun, matematika sudah mulai diperkenalkan.
Setelah kita menyadari pentingnya matematika, langkah selanjutnya adalah bagaimana kita menyukai matematika itu, sehingga kita tidak takut apalagi benci terhadap pelajaran matematika. Mungkin ada beberapa alasan kenapa matematika menjadi pelajaran yang paling tidak disukai, kalau tidak menjadikan matematika adalah pelajaran yang dibencinya. Alasan yang pertama adalah karena matematika itu adalah ilmu yang abstrak, susah dipahami karena tidak real. Selain itu, faktor guru yang tidak menyenangkan sering kali juga dijadikan kenapa siswa tidak menyukai matematika.
Matematika adalah ilmu abstrak, karena memang begitu adanya. Hampir bisa dipastikan bahwa konsep-konsep matematika adalah konsep yang abstrak. Akan tetapi, perlu pula diingat bahwa dalam tahapan-tahapan tertentu, setiap manusia juga mampu memahami sesuatu yang abstrak, walau pun tentunya sesuai dengan tingkat kecerdasannya masing-masing. Ada yang begitu cepat menangkap, tetapi ada pula yang sangat lamban menangkapnya.
Sementara untuk alasan kedua, adalah faktor guru pengajar. Mungkin saja, gurunya kurang pintar, tidak berwibawa, kurang wawasan, tidak menyenangkan, sifatnya buruk, atau hal-hal buruk lainnya. Menanggapi hal itu, ingatlah, “Guru juga manusia!” Seandainya tidak puas dengan guru di dalam kelas, bertanyalah kepada guru lain di luar kelas atau di luar sekolah kita. Dan ingat lagi: “Guru juga manusia!!” Atau bisa pula belajar dari sumber lain di dunia maya. Pada blog ini misalnya, sambil tetap mengingat: “Guru juga manusia!!!”
So, selamat belajar matematika!!!
sumber : http://mathbox.wordpress.com/2009/04/03/mengapa-belajar-matematika
Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa kenyataannya matematika itu dekat sekali dengan kita. Hampir bisa dipastikan, bahwa matematika ada di hampir setiap kegiatan kita, baik disadari atau pun tidak.
Pada Faktanya, matematika kita pakai dalam kegiatan sehari-hari seperti dalam kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Demikian pentingnya, matematika juga dijuluki sebagai Queen of Sciences, ratunya para ilmu, sekaligus juga pelayannya. Dalam ilmu-ilmu sains khususnya, betapa matematika itu memiliki peranan yang cukup penting.
Dengan belajar matematika, kita dilatih untuk senantiasa berpikir logis dan kritis dalam memecahkan permasalahan. Selain itu, kejujuran, ketekunan dan keuletan kita juga akan terlatih dengan matematika.
Menyadari betapa perlu dan dekatnya matematika dengan kehidupan kita sehari-hari, sudah barang tentu mempelajarinya pun adalah penting. Pentingnya matematika, setidaknya dapat kita lihat dalam kurikulum matematika di sekolah mendapat porsi jam lebih banyak di bandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Mulai jenjang Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, pelajaran matematika itu ada dan dipelajari, baik secara global maupun spesifik. Bahkan pada jenjang prasekolah pun, matematika sudah mulai diperkenalkan.
Setelah kita menyadari pentingnya matematika, langkah selanjutnya adalah bagaimana kita menyukai matematika itu, sehingga kita tidak takut apalagi benci terhadap pelajaran matematika. Mungkin ada beberapa alasan kenapa matematika menjadi pelajaran yang paling tidak disukai, kalau tidak menjadikan matematika adalah pelajaran yang dibencinya. Alasan yang pertama adalah karena matematika itu adalah ilmu yang abstrak, susah dipahami karena tidak real. Selain itu, faktor guru yang tidak menyenangkan sering kali juga dijadikan kenapa siswa tidak menyukai matematika.
Matematika adalah ilmu abstrak, karena memang begitu adanya. Hampir bisa dipastikan bahwa konsep-konsep matematika adalah konsep yang abstrak. Akan tetapi, perlu pula diingat bahwa dalam tahapan-tahapan tertentu, setiap manusia juga mampu memahami sesuatu yang abstrak, walau pun tentunya sesuai dengan tingkat kecerdasannya masing-masing. Ada yang begitu cepat menangkap, tetapi ada pula yang sangat lamban menangkapnya.
Sementara untuk alasan kedua, adalah faktor guru pengajar. Mungkin saja, gurunya kurang pintar, tidak berwibawa, kurang wawasan, tidak menyenangkan, sifatnya buruk, atau hal-hal buruk lainnya. Menanggapi hal itu, ingatlah, “Guru juga manusia!” Seandainya tidak puas dengan guru di dalam kelas, bertanyalah kepada guru lain di luar kelas atau di luar sekolah kita. Dan ingat lagi: “Guru juga manusia!!” Atau bisa pula belajar dari sumber lain di dunia maya. Pada blog ini misalnya, sambil tetap mengingat: “Guru juga manusia!!!”
So, selamat belajar matematika!!!
sumber : http://mathbox.wordpress.com/2009/04/03/mengapa-belajar-matematika
Minggu, 20 Mei 2012
Kode Alphabet Pada Komunikasi Radio dan Telepon / Operator
Pernahkah anda mendapati bahwa operator telepon di seberang sana mengulang nama anda dengan di eja berdasarkan huruf seperti ini? operator : saya ulangi ya pak, nama bapak Andre, Alpha, november, delta, romeo, Pelafalan huruf dalam komunikasi radio maupun telepon, seperti Alfa, Bravo, Charlie, dst., disebut sebagai international radiotelephony spelling alphabet.
Daftar kode spelling yang ada sekarang, diadopsi secara resmi pertama kali oleh ITU (International Telecommunication Union) pada tahun 1927. aircraft radio test Kualitas audio suatu alat komunikasi baik itu lewat kabel ataupun non-kabel (wireless) sangat tergantung kualitas media hantar dan kualitas audio dari alat komunikasi itu sendiri. Dalam komunikasi radio atau telepon, seringkali satu atau dua huruf yang terdengar mirip dalam pelafalannya. Contohnya bunyi lafal untuk huruf (D) “De” hampir mirip dengan bunyi lafal huruf (B) “Be” dan (G) “Ge”.
Untuk itulah dalam dunia komunikasi lewat udara, pihak yang terlibat dalam pembicaraan sering menggunakan kata/bunyi yang diawali oleh huruf yang dilafalkan. Hal ini pada awalnya dipergunakan dalam komunikasi radio antar personil militer dan untuk dunia penerbangan. Secara resmi disebut sebagai international radiotelephony spelling alphabet.
A=alfa, B=bravo, C=charlie, D=delta, E=echo,
F=foxtrot, G=golf, H=hotel, I=india, J=juliet,
K=kilo, L=lima, M=mike, N=november, O=oscar,
P=papa, Q=quebec, R=romeo, S=sierra, T=tanggo,
U=uniform, V=victor, W=whiskey, X=xray, Y=yankee, Z=zulu,,,,
Jadi jangan terburu jenuh saat operator telepon mengeja informasi yang anda berikan dengan cara ini karena, hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa informasi yang anda berikan sudah diterima dengan baik oleh operator tersebut. Yang pastinya akan berguna bagi anda sendiri karena informasi yang anda berikan tidak ada yang salah tulis.
sumber: http://kawulo-nyantrik.blogspot.com
Minggu, 12 Februari 2012
Satuan Ukuran Luas
Ukuran luas dalam are :
ka = kiloare
ha = hektoare
daa = dekaare
a = are (urutan jika digambar tangga ukuran luas itu sama dengan satuan yang lain)
da= desiare
ca = centiare
ma = miliare
1 are = 1 dam2 = 100 m2
1 ha = 100 are = 10.000 m2
1 ca = 1 m2
1 km2=100 ha
ka = kiloare
ha = hektoare
daa = dekaare
a = are (urutan jika digambar tangga ukuran luas itu sama dengan satuan yang lain)
da= desiare
ca = centiare
ma = miliare
1 are = 1 dam2 = 100 m2
1 ha = 100 are = 10.000 m2
1 ca = 1 m2
1 km2=100 ha
Minggu, 08 Januari 2012
Langganan:
Postingan (Atom)